Tak bisa dipungkiri pasti selalu ada kendala ekspor yang selama ini dialami oleh penjual. Kendala tersebut bisa berupa apa saja, dan memang cukup mengganggu bagi para penjual. Misalnya dalam hal sertifikasi produk yang menjadi salah satu syarat dari negara pengimpor. Padahal potensi ekspor dari Indonesia ini cukup besar, terutama untuk UMKM.
Pada saat kegiatan ekspor ini terhambat biasanya negara juga mengalami kerugian dalam bidang ekonomi. Termasuk masyarakat yang bekerja di sejumlah sektor yang berhubungan dengan kegiatan ekspor itu sendiri. Berikut ini sejumlah kendala dan faktor penghambat yang biasa dialami penjual saat mengekspor barang ke luar negeri.
Daftar kendala ekspor yang selama ini dialami oleh penjual yang merugikan
- Kebijakan Ekonomi dan Politik Internasional
Pada umumnya setiap negara akan melindungi komoditas produknya supaya tak dikuasai oleh produk dari luar. Sehingga negara memberlakukan kebijakan dalam pembatasan impor dan menerapkan tarif impor tertentu. Penerapan tarif ini akan menghambat pengusaha yang berjualan barang ke luar negeri.
Namun di sisi lainnya tarif impor itu menguntungkan para pelaku UMKM dalam negeri karena harganya lebih murah.
(Baca juga: Ijin yang Diperlukan untuk Mengirimkan Tanaman ke Luar Negeri)
- Munculnya Konflik Besar Pada Suatu Negara
Konflik yang sering terjadi di suatu negara biasanya berkaitan dengan situasi politik negara tersebut. Seperti misalnya kerusuhan dalam bidang etnis, kudeta, peperangan, dan masih banyak lagi. Risiko keamanan tersebut bisa memengaruhi proses transaksi jual beli antar negara.
Inilah kendala ekspor yang selama ini dialami oleh penjual yang cukup merugikan bagi eksportir. Ketika negara tujuannya sedang mengalami suatu konflik.
- Kualitas SDM yang Rendah
Tingkat pendidikan seseorang juga akan berpengaruh pada kualitas produksi. Apabila suatu negara sudah kaya dengan hasil alam tapi tidak mempunyai SDM berkualitas untuk pengolahan, maka hasilnya pun akan rendah.
Rendahnya kualitas SDM ini juga akan berdampak pada nilai jualnya. Karena produk akan sulit bersaing dengan produk yang serupa dan diproduksi oleh negara lain.
- Nilai Mata Uang yang Berbeda
Setiap negara juga memiliki nilai mata uang yang berbeda-beda. Sebagian negara hanya ingin menerima produk yang dibayar dengan mata uang yang ada di negaranya. Contohnya saja Indonesia yang mengekspor kelapa sawit ke Belanda dan Indonesia ingin dibayar dengan rupiah.
Secara umum kedua negara akan menggunakan mata uang asing yang lainnya untuk pembayaran internasional misalnya Euro/ Dollar.
- Birokrasi yang Bertele-tele
Kendala ekspor yang selama ini dialami oleh penjual dan penghambatnya berikutnya adalah birokrasi yang bertele-tele. Karena seluruh kegiatan ekspor atau impor harus melalui birokrasi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Semakin rumit birokrasinya maka waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan ini pun semakin lama.
Imbasnya, kepercayaan antara penjual dengan pembeli pun akan menurun dan menghambat kegiatan perdagangan.
Sektor UMKM dari Indonesia dapat menjadi bagian dari rantai pasok, yang akan memperbesar porsi ekspor dalam hal produk pangan. Dalam hal ini UMKM harus sudah memiliki sertifikat ISO 22000, hak merek, hak cipta halal, dan sebagainya. Sayangnya kebanyakan UMKM belum memiliki sertifikasi standar tersebut.
Sehingga hal itu menjadi salah satu penghambat dan kendala dalam kegiatan ekspor bagi UMKM. Tapi sebaliknya, jika pelaku UMKM sudah memiliki standar sertifikasi maka mutu dan jaminan produknya pun akan meningkat. Transaksi dan efisien perdagangan pun ikut meningkat.
Itulah sejumlah kendala ekspor yang selama ini dialami oleh penjual. Untuk kirim barang ke luar negeri, pengusaha harus memiliki komitmen tersendiri.